Jumat, 02 September 2022

Deteksi Dini PPOK

Kenali Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

https://link.kemkes.go.id/multi/Links/lists/DDPPOK2022

Oleh : aulia
Sumber: Kementerian Kesehatan RI.

Baru dengar istilah PPOK? Mari kita pelajari, kenali gejalanya dan hindari faktor risikonya, melalui tanya jawab berikut ini:

Tanya (T): Apa yang dimaksud dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)?

Jawab (J): Penyakit Paru Obstruktif Kronik dahulu disebut dengan Penyakit Paru Obstruktif Menahun. Penyakit ini ditandai dengan adanya perlambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Perlambatan Aliran udara umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas iritan.

T: Apa saja gejala PPOK?

J: Seseorang dengan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Hal ini berbahaya karena apabila faktor risikonya tidak dihindari maka penyakit ini akan semakin progresif. PPOK dapat menimbulkan gejala sebagai berikut:

• Sesak napas

• Batuk-batuk kronis (batuk 2 minggu)

• Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat gejala yang bertambah parah seperti:

• Bertambahnya sesak napas

• Kadang-kadang disertai mengi

• Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum (dahak)

• Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna

• Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, depresi

T: Apa saja faktor risiko PPOK?

J: 1. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan tentang, riwayat merokok, Perokok Aktif, Perokok Pasif, Bekas perokok. Bila merupakan bekas perokok harus dinilai derajat berat merokok dengan menggunakan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun : • Ringan : 0-200 • Sedang : 200-600 • Berat : >600

2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja

3. Hipereaktiviti bronkus

4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang

5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

T: Apa saja dampak buruk dari asap rokok? J: Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya untuk tubuh dimana 43 diantaranya bersifat karsinogenik. Dengan komponen utama:

• Nikotin, zat berbahaya penyebab kecanduan

• Tar, bersifat karsinogenik

• CO, menurunkan kandungan oksigen dalam darah Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit, khususnya kanker paru, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung koroner, dan gangguan pembuluh darah, disamping menyebabkan penurunan kesuburan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan janin (fisik dan IQ), gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal. Selain berdampak buruk bagi kesehatan perokok itu sendiri, Asap Rokok Orang Lain (AROL) juga berbahaya bagi kesehatan orang di sekitarnya, yang dalam hal ini menjadi perokok pasif. AROL adalah gabungan antara asap yang dikeluarkan oleh ujung rokok yang membara dan produk tembakau lainnya serta asap yang dihembuskan oleh perokok. Tidak ada batas aman untuk AROL. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah perokok pasif perempuan di Indonesia 62 juta dan laki-laki 30 juta, dan yang paling menyedihkan adalah jumlah anak usia 0-4 tahun yang terpapar AROL sebesar 11,4 juta anak. Perokok pasif ini mempunyai risiko terkena penyakit kanker 30 % lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terpapar asap rokok, juga terkena penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh asap rokok.

T: Pemeriksaan apa yang harus dilakukaan untuk menunjang diagnosis PPOK?

J: • Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer

• Radiologi (Rontgen Thoraks)

• Bila eksaserbasi akut: analisis gas darah, DPL, Sputum gram, Kultur MOR

T: Apa saja prinsip terapi PPOK?

J: • Edukasi dan motivasi untuk berhenti merokok

• Farmakoterapi: bronkodilator, steroid, mukolitik, antioksidan

• Terapi non-farmakologis

• Rehabilitas: latihan fisik, latihan pernapasan

• Terapi oksigen jangka panjang (15 jam sehari) pada PPOK Stadium III

• Nutrisi • Pembedahan pada PPOK berat 

Tahukah Anda? Penelitian telah menemukan bahwa kekurangan protein Antitripsin (kondisi yang disebut Alpha-1 Antitripsin Deficiency, AATD) meningkatkan kemungkinan seseorang terkena PPOK. Tanpa protein ini, sistem kekebalan alami tubuh akan melawan sel paru-paru dan berujung pada kemerosotan fungsi paru. Penelitian terbaru telah menetapkan faktor keturunan lainnya dan kecenderungan yang berhubungan dengan PPOK.

Kapan Menemui dokter? Jika Anda mengalami sesak nafas dan batuk berdahak yang memburuk atau terjadi pada waktu yang lama, maka Anda harus menemui dokter secepat mungkin. Walaupun gejala tersebut tidak selalu mengarah pada PPOK, namun konsultasi dokter diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain. Dalam pertemuan dengan dokter, Anda akan ditanya mengenai riwayat kesehatan termasuk riwayat merokok, asma atau paparan terhadap polutan. Jika Anda dicurigai menderita PPOK, maka dokter Anda akan merujuk ke dokter spesialis paru untuk pengobatan.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

www.ptmkeswa.blogspot.com

Kegiatan Penyakit Tidak Menular

Jum'at, 7 September 2023 Kegiatan Rutin PTM di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.